Sabtu, 31 Agustus 2013

Surat Untuk Kakakku

Untuk kakakku yang tercinta,


Hai, kakakku.
Bagaimana kabarmu?

Kabarku baik-baik saja.

Bahkan aku sudah punya teman di sekolahku yang baru. Sejak kepindahanku dari London, aku mulai mencoba berbaur dengan teman sebayaku. Walaupun terkadang aku selalu dicuekin. hehe... Setidaknya beberapa dari mereka mau mengobrol denganku.

Bagaimana denganmu, kak? Apa kau sudah punya teman di sana? Aku yakin kau pasti punya lebih banyak teman dariku ^_^ Karena dari dulu kau selalu menandingiku, dan aku lah yang selalu kalah. Termasuk dalam berteman, kan?

Di saat mereka tidak mau bermain denganku, kau yang malah mengajakku main. Masih ingat?

Yang pada waktu itu aku menangis di bawah pohon, lalu kau datang untuk mengajakku bermain dengan teman-temanmu. Sungguh aku tidak bisa melupakan hal itu. Karena pada waktu itu aku senaaaaaang sekali bisa bermain denganmu dan teman-temanmu.

Apa kakak bisa lihat dari sana? Sejak kakak pergi, papa sama mama selalu bertengkar. Mereka saling menyalahkan. Padahal waktu itu kan tidak ada yang salah, kak! Kenapa mereka harus bertengkar? Bukankah yang salah adalah supir truk itu? Aku benar, kan?

Aku sedih melihat papa sama mama bertengkar seperti itu. Apalagi aku sering dicuekin sama mereka. Ke sekolah pun aku jarang sarapan gara-gara ibu lebih suka menangis di kamar, dan ayah sudah berangkat lebih pagi dariku. Tapi untung saja di sekolah aku punya banyak teman untuk menghiburku. hehehe...

Walaupun begitu, aku tidak pernah menceritakan tentang apa yang terjadi di kehidupanku. Kakak tahu sendiri, kan, kalau aku paling tidak suka dikasihani oleh orang lain? Aku juga tidak mau dibilang anak terlantar atau apalah...

Hal yang paling sering aku ceritakan ke mereka adalah tentangmu ^_^

Mereka bilang kalau kau adalah kakak yang baik. Mereka juga bilang, kakak sepertimu jarang bisa ditemui di dunia. Walaupun menyebalkan, tapi kau sangat perhatian :p

Aku pernah menangis di sekolah gara-gara waktu istirahat teman-temanku bertanya tentang keberadaanmu. Mereka terus mendesakku. Apa mungkin karena aku sangat sering bercerita hal itu kepada mereka, sehingga mereka penasaran?

Aku pulang ke rumah, tidak peduli waktu itu jam sekolah sudah berakhir atau belum. Saat itu aku berharap di saat aku pulang, kau juga pulang ke rumah. Menyambutku dengan riang seperti biasanya. Tapi yang kutemukan, rumah tetap kosong. Sepi dan hampa. Benar-benar perasaan yang aneh. Papa sama mama pun juga sedang pergi. Tidak jarang juga aku ditinggal sendirian di rumah, dan begitu papa-mama pulang, aku kembali disuguhi adu mulut mereka.

Tidak jarang aku memimpikanmu, kak. Aku juga sering mendengar suaramu tertawa. Entah darimana asal suara itu, tapi aku tidak merasa takut. Aku malah merasa senang. Aku benar-benar merindukan tawa itu ^_^

Sering juga aku melihat bayanganmu sedang tersenyum di cermin atau di sungai belakang rumah.

Kakak tidak heran kenapa aku tidak takut?

Aku tidak takut karena aku percaya bahwa semua itu adalah halusinasiku sendiri. Setidaknya aku gembira ketika halusinasiku menjadi obat rinduku terhadapmu.

Cukup sekian surat dariku, ya, kak! Aku sangat berharap kau bisa menjawab suratku yang mungkin sudah keseratus kalinya kukirimkan lewat balon yang kuterbangkan. Aku pikir balon bisa membantuku untuk mengirim suratku ke atas sana ^_^ hehehe...




Salam rindu,

adikmu


Transparent Butterfly

Tidak ada komentar:

Posting Komentar